Iklan

Wednesday, 27 February 2013

Cara Tanam padi Organik System of Rice Intensification

08:00
SRI bukan merupakan varietas padi baru ataupun padi hibrida, namun merupakan suatu metoda atau cara penanaman padi dan perawatannya, merupakan kependekan dari System of Rice Intensification atau Le Systéme de Riziculture Intensive.
Pola tanam padi SRI telah menunjukkan hasil yang menjanjikan pada semua varietas padi baik varietas lokal maupun varietas unggul baru di berbagai negara. Langkah awal yang mendasar untuk menuju kesuksesan dengan pola tanam SRI adalah untuk berfikir mengenai tanaman padi dengan pola atau jalan yang baru dan berbeda dengan yang biasanya saat ini ada dalam pemikiran petani.

Pola tanam SRI dikembangkan oleh Fr. Henri de Laulanié, S.J. di Madagascar bersama para petani disana. Tujuan pengembangan pola tanam ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan keamanan
hidup bagi semua rakyat di Madagascar yang tergantung kepada ‘tanah’ untuk penghidupannya. SRI sudah membantu beratus-ratus petani di Madagascar untuk sedikitnya melipatgandakan hasil panen mereka.
Dengan pola tanam SRI hasil panen padi dapat mencapai 6, 8, 10 bahkan 15 ton per hektar atau bahkan lebih dari itu. Pola tanam SRI mengubah struktur tanaman padi yaitu kerapatan serta jumlah akar dan anakan
dengan merubah cara-cara dalam pengaturan tanaman padi, tanah tempat tanaman tersebut tumbuh dan air yang diterima tanaman melalui irigasi sehingga tanaman padi dapat lebih produktif.


Agar tanaman padi menjadi lebih produktif, diperlukan :
• Lebih banyak anakan per tanaman;
• Lebih banyak anakan subur (malai);
• Lebih banyak bulir per malai, dan;
• Bulir padi yang lebih besar dan padat.

Prinsip Penanaman SRI :
• Penanaman Bibit Muda;
• Penanaman Bibit Tunggal dan Jarak Antar Tanaman Yang Lebar;
• Penanaman Segera Untuk Menghindari Trauma Pada Bibit;
• Penanaman Dangkal;
• Lahan Sawah Tidak Terus Menerus Direndam Air;
• Penyiangan Mekanis;
• Menjaga Keseimbangan Biologi Tanah.

Tahapan Pelaksanaan Pola Tanam SRI


Penyiapan Benih

Benih diseleksi dengan bantuan penggunaan air garam dan telur ayam/itik/bebek. Telur yang bagus umumnya dalam air akan tenggelam, namun bila pada air ini diberi garam yang cukup dan diaduk maka telur yang bagus itu akan mengapung. Bila telur belum juga mengapung maka tambahkan lagi garamnya sampai
telur ini mengapung karena berat jenisnya (BJ) menjadi lebih rendah daripada air garam. Air garam yang sudah mampu mengapungkan telur ini dapat digunakan untuk seleksi benih, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :


  • Masukkan benih ke dalam air garam dan pilih hanya benih yang tenggelam, gabah yang mengapung dapat dimanfaatkan untuk pakan ayam atau burung.
  • Benih yang baik kemudian dicuci dengan bersih sampai rasa asinnya hilang dari benih tersebut, juga akan lebih baik dicuci menggunakan wadah yang berlubang dan pada air yang mengalir untuk meyakinkan benih benar-benar akan terbebas dari garam.
  • Benih yang sudah bebas dari garam direndam dalam air biasa selama sekitar 24 jam.
  • Setelah benih direndam, kemudian lakukan pemeraman selama sekitar 36 jam yaitu benih di bungkus dengan karung goni atau kain yang basah. Penyimpanan benih yang dibungkus kain basah ini akan lebih baik ditempat yang hangat misalnya di dapur asalkan kainnya tetap dijaga basah dan lembab.
  • Setelah berkecambah atau muncul akar pendek, benih siap disemai atau ditebar.
Penyemaian
Penyemaian dapat dilakukan di sawah, di ladang atau dalam wadah seperti kotak plastik atau besek/pipiti yang diberi alas plastik/daun pisang dan berada di area terbuka yang mendapatkan sinar matahari. Tanah untuk penyemaian tidak menggunakan tanah sawah tetapi menggunakan tanah darat yang gembur dicampur dengan kompos dengan perbandingan tanah:kompos sebaiknya minimal 2:1 dan akan lebih baik bila 1:1, dapat juga ditambahkan pada campuran ini abu bakar agar medianya semakin gembur sehingga nantinya benih semakin mudah diambil dari penyemaian untuk menghindari putusnya akar. 

Luas area yang diperlukan untuk penyemaian minimal adalah sekitar 20 m2 untuk setiap 5 kg benih, sehingga bila penyemaian dilakukan pada wadah dapat dihitung jumlah wadah yang diperlukan menyesuaikan dengan ukuran masing-masing wadah dan tentunya akan lebih baik lagi bila tempat penyemaiannya lebih luas untuk pertumbuhan benih yang lebih sehat. 

Untuk penyemaian yang dilakukan di sawah atau ladang, tempat penyemaian dibuat menjadi berupa tegalan/guludan seperti untuk penanaman sayuran dengan ketinggian tanahnya sekitar 15 cm, lebar sebaiknya sekitar 125 cm dan seluruh pinggirannya ditahan dengan papan, triplek atau batang pisang untuk mencegah erosi. 

Benih yang sudah ditebar sebaiknya kemudian ditutup lagi dengan lapisan tipis tanah atau kompos atau abu bakar untuk mempertahankan kelembabannya kemudian ditutup lagi dengan jerami atau daun kelapa untuk menghindari dimakan burung dan gangguan dari air hujan sampai tumbuh tunas dengan tinggi sekitar 1 cm. Setelah dilakukan penyemaian benih-benih ini harus dirawat dengan melakukan penyiraman setiap pagi dan sore bila tidak turun hujan. Untuk pola tanam SRI benih siap di tanam ke sawah saat usianya belum mencapai 15 hari dan sebaiknya antara umur 8-10 hari setelah tebar yaitu saat baru memiliki dua helai daun.

Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan sawah untuk pertanian organik dengan pola tanam SRI hampir sama dengan pada metoda konvensional. Proses awal pengolahan lahan adalah dengan dibajak (sunda: waluku) untuk membalikkan tanah dan memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan juga menghancurkan gulma setelah sebelumnya lahan digenangi air selama beberapa hari agar tanahnya menjadi lunak. Proses ini dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan kerbau atau sapi maupun secara modern dengan menggunakan traktor. Bila diperlukan setelah pembajakan pertama lahan sawah dibiarkan tergenang beberapa hari dan kemudian dilakukan pembajakan kedua. Kedalaman dari pelumpuran lahan turut menentukan pertumbuhan tanaman dan sebaiknya kedalaman pelumpuran tersebut setidaknya mencapai 30 cm.

Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki pematang sawah (sunda: mopok) agar lahan sawah tidak bocor dan tidak ditumbuhi tanaman liar untuk menghindari tikus bersarang di pematang sawah ini. Perbaikan pematang sawah dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pencangkulan untuk bagian sawah yang tidak
dapat dijangkau oleh pembajakan yang biasanya berada di bagian pojok sawah (sunda: mojok). Kompos dapat ditebarkan sebelum pekerjaan penggaruan (sunda: ngangler) sehingga pada saat digaru kompos dapat bercampur dengan tanah sawah atau juga dapat ditebar setelah proses pembajakan, intinya adalah kompos dapat tercampur dengan tanah sawah secara merata dan tidak terbuang terbawa aliran air. Penggaruan selain untuk makin memperhalus butiran tanah sehingga menjadi lumpur juga sekaligus bertujuan untuk meratakan lahan. Jumlah kompos yang cukup ideal adalah sebanyak 1 kg untuk setiap 1 m2 luas lahan. Perataan lahan merupakan proses yang sangat penting karena lahan harus benar-benar rata dan datar sehingga akan memudahkan dalam pengaturan air nantinya sesuai dengan keperluan. Selanjutnya area penanaman padi dibuat dalam barisbaris atau petakan yang dipisahkan dengan jalur pengairan dengan lebar petakan sekitar 2m agar memudahkan dan meratakan rembesan air ke seluruh area tanaman padi selain untuk lebih memudahkan saat penanaman dimana petani yang melakukan penanaman posisinya berada di saluran air di kedua sisi petakan. 

Pekerjaan terakhir di lahan untuk persiapan penanaman adalah pembuatan tanda lokasi penanaman bibit yang berjarak minimal 25 cm atau lebih (pencaplakan). Dengan teraturnya penanaman padi akan memudahkan dalam penyiangan secara mekanis pada waktu pemeliharaan. Penandaan titik penanaman ini selain dengan membuat garis-garis di tanah menggunakan alat yang bisa dibuat secara sederhana dari kayu atau bambu dapat juga menggunakan tali yang diberi tanda.


Penanaman
Pada pola tanam SRI benih diperlakukan dengan lembut dan hatihati. Bibit yang ditanam di persemaian sawah atau ladang tidak boleh diambil dengan cara dicabut atau ditarik tetapi dengan cara di keduk bagian bawah tanahnya sehingga tanahnya ikut terbawa. Kemudian tempatkan kumpulan bibit ini dalam suatu wadah misalkan pelepah pisang, bambu atau lainnya untuk di bawa ke tempat penanaman. Pemindahan harus dilakukan secepat mungkin dalam waktu sekitar 30 menit atau lebih baik lagi dalam waktu 15 menit untuk menghindari trauma dan shok. Untuk bibit yang ditanam menggunakan wadah akan lebih mudah membawanya ke tempat penanaman. Bibit dipilih yang sehat diantara cirinya adalah lebih tinggi/ besar dan daunnya lebih tegak ke atas atau daunnya tidak terlalu terkulai. Penanaman padi dilakukan secara
dangkal dan hanya cukup satu sampai 3 bibit untuk satu titik. Bibit ditanamkan dengan menggesernya di atas permukaan tanah, yang lebih mudah menggunakan jari jempol dan telunjuk. Sisa dari bibit dapat ditanam tunggal dibagian terluar diantara tanaman padi lainnya dari tiap petakan sebagai cadangan bila di kemudian hari ada tanaman yang tidak baik tumbuhnya. Penyulaman dilakukan menggunakan tanaman yang disiapkan sebagai cadangan di antara tanaman utama atau mengambil dari rumpun yang
sewaktu ditanam berasal dari 2 atau 3 bibit.



Perawatan
Tanaman padi yang terawat akan memberikan hasil panen yang jauh lebih baik daripada padi di sawah yang biarkan begitu saja. Air diatur agar hanya macak-macak atau mengalir di saluran air saja, perendaman lahan selama beberapa saat dilakukan bila lahan sawah terlihat kering dan adanya retakan halus pada tanah. Penanganan gulma dilakukan dengan penyiangan mekanis sampai gulma tersebut tercabut dari tanah untuk kemudian dibenamkan menggunakan tangan atau kaki sedalam mungkin agar tidak mampu tumbuh lagi. Dari setiap proses penyiangan mekanis ini dapat diharapkan nantinya ada penambahan hasil panen satu atau
bahkan dua ton per hektarnya sehingga nilai tambah dari penyiangan ini sebenarnya cukup tinggi. 

Sebelum penyiangan tanah sebaiknya direndam untuk melunakkan tanah dan setelah dilakukan penyiangan air kembali dibuang dan sawah dalam keadaan macak-macak. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik dari gulma maka perlu dilakukan penyemprotan MOL (mikro-organisma lokal) setelah proses penyiangan.

Penyemprotan MOL di arahkan ke tanah bukan ke tanaman karena maksudnya adalah penambahan jumlah bakteri pengurai ke dalam tanah untuk melakukan proses dekomposisi bahan organik. MOL ini dapat juga di campur dengan pupuk organik cair (POC) untuk memberikan tambahan unsur hara ke dalam tanah. Konsentrasi larutan untuk penyemprotan baik MOL, POC maupun campuran MOL dan POC jangan terlalu pekat untuk menghindari terjadinya proses dekomposisi yang berlebihan pada tanah yang mengakibatkan akan menguningnya tanaman untuk sementara karena unsur N yang ada dipergunakan oleh bakteri pengurai untuk aktivitasnya. 

Proses dekomposisi yang berlebihan pun akan terjadi bila menggunakan pupuk kandang atau daun-daunan segar secara langsung ke sawah tanpa proses pengkomposan diluar sawah sehingga tidak baik bila diaplikasikan pada sawah yang sudah ada tanaman padinya. Oleh karenanya resiko penggunaan MOL atau POC yang berlebihan atau terlalu pekat tetap ada tetapi jauh lebih ringan daripada penggunaan bahan kimia.

Untuk lahan sawah yang penggunaan komposnya di bawah jumlah ideal sebaiknya pemakaian POC di tingkatkan jumlahnya. Interval penyiangan mekanis normalnya dilakukan setiap 10 hari sekali tetapi harus segera dilaksanakan bila ada indikasi pertumbuhan gulma sebelum gulma ini semakin tinggi sehingga semakin sulit dihilangkan. Penyemprotan POC kaya N dapat dilakukan pada usia padi 20 hari setelah semai (hss), 30 hss, 40 hss dan 50 hss. Namun penyemprotan POC kaya N ini dapat dilakukan kapanpun juga bila diperlukan pada kondisi padi terlihat mengalami kahat/kekurangan N dengan gejala daun menguning terutama antara 40 hss – 60 hss. Gabungan POC kaya P dan K disemprotkan 2 atau 3 kali saat padi sudah memasuki usia sekitar 70 hss untuk memperbaiki kualitas pengisian gabah dengan interval
penyemprotan 10 hari. Frekuensi penyemprotan POC dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan berdasarkan pengamatan dari pertumbuhan tanaman. Penyemprotan POC atau MOL harus dilakukan dalam kondisi lahan tidak tergenang dan diusahakan pada saat padi mulai berbunga penyemprotan POC sudah
dihentikan agar tidak mengganggu proses penyerbukan. Penanganan organisma pengganggu tanaman (OPT) berupa hama/penyakit dilakukan dengan penggunaan atau penyemprotan pestisida nabati/pestisida organik lokal (POL) yang diarahkan ke tanaman. Penyemprotan dapat dilakukan sebagai usaha
preventif/pencegahan secara berkala ataupun untuk penanggulangan. Saat mulai muncul malai lahan digenangi air setinggi sekitar 1 – 2 cm dari permukaan tanah secara terus menerus sampai saat padi sudah mulai terisi. 
Aliran air kemudian dihentikan samasekali atau lahan dikeringkan seterusnya ketika bulir padi sudah terisi.

Pemanenan
Panen dilakukan saat padi mencapai umur panen sesuai deskripsi untuk masing-masing varietas dihitung dari saat tebar/semai di penyemaian atau sekitar 30-35 hari setelah berbunga atau ketika sekitar 90% padi sudah menguning. Hindari pemanenan pada saat udara mendung atau gerimis.





 Sumber artikel : www.infoorganik.com


Wednesday, 6 February 2013

Cara Membuat Kompos dengan Mudah dan Murah

20:51
Secara alamiah sampah organik akan mengalami proses peruraian yang dibantu oleh berbagai jenis mikroba yang hidup di tanah untuk menjadi kompos. Proses penguraian ini membutuhkan kondisi tertentu yaitu suhu, udara dan kelembaban. Semakin cocok kondisinya, maka proses pembentukan kompos akan semakin cepat, tidak kurang dalam 4 – 6 minggu sudah jadi.


Apabila sampah organik hanya ditimbun saja, membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bisa menjadi kompos. Dalam proses pembuatan kompos akan timbul panas karena aktivitas mikroba. Hal ini karena mikroba mengunyah sampah organik dan memprosesnya menjadi kompos. Suhu optimal untuk proses pengomposan adalah 45⁰ – 65⁰ C, jika terlalu panas kompos harus dibolak-balik setiap 7 hari. Kebehasilan proses pemanfaatan sampah organikmenjadi kompos ada pada bagaimana kita mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, supaya mikroba pengurai memperoleh kondisi yang optimal untuk berkembang biak, makanan cukup (sampah organik) kelembaban ( 30-50%) dan udara segar oksigen.
Cara Pembuatan Kompos                                               
Ada dua hal yang harus dipersiapkan dalam pembuatan kompos yaitu tempat dan sampah organik sebagai bahan dasar pembuatan kompos. Untuk mempercepat proses pembuatan kompos bisa diperlukan larutan bio activator (effective microorganism) yang bisa dibeli di toko pertanian. Untuk bahan organik bisa dari sampah rumah tangga,lingkungan sekitar kita ataupun sampah pasar.

Untuk tempat siapkan minimal dua bidang tanah berukuran 4 x 2 meter persegi. Pada bagian dasar beri lapisan tanah setebal 20 cm, pagari pinggirannya dengan batu bata atau kayu agar kompos tidak tumpah (semacam bak). Usahakan bak pembuatan kompos dibuatkan atap untuk menghindari kena air hujan. Siapkan bahan-bahan kompos yang berupa sampah organik. Karena bentuknya masih kasar maka bahan-bahan harus dicacah dengan ukuran ± 1-2 cm agar bentuknya seragam dan memudahkan kita mencampur. Supaya lebih efektif dan efisien, proses mencacah bisa menggunakan mesin pencacah kompos.
Masukan bahan tersebut ke dalam bak yang sudah kita siapkan. Tumpukan sampah cukup 1,5 meter tingginya, jangan kurang dan juga jangan lebih. Tujuannya untuk menjaga kestabilan suhu di dalam tumpukan sampah. Bila terlalu tinggi , suhu di dasar akan sangat panas. Sebaliknya jika terlalu pendek, panas di dalam tumpukan sampah akan cepat menghilang,akibatnya proses decomposer/ pemasakan kompos akan lama. Tumpukan sampah jangan dipadatkan, bagian atas dibentuk cembung ditengah,tujuannya agar air tidak menggenang. Untuk menjaga kelembaban siram dengan air dan tutup dengan karung goni atau anyaman bambu, sehingga matangnya kompos bisa serempak. Untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambah larutan bio activator (EM).
Setelah tujuh hari kompos harus dibalikkan. Pindahkan tumpukan kompos tersebut ke tempat bak satunya yang sudah kita persiapkan disebelahnya. Sehingga tumpukan sampah yang tadinya diatas akan berada di bawah, dan sebaliknya. Lakukan hal ini  sebanyak empat kali setiap tujuh hari sekali.
Bentuk Kompos Yang Sudah Jadi
Kompos yang sudah jadi mempunyai ciri-ciri bau dan warnanya sudah mirip dengan tanah, hitam dan kecoklatan. Bila diremas terasa rapuh dan suhunya sekitar 35⁰ C. Apabila kondisi dan bentuk kompos sudah seperti itu berarti kompos yang kita buat sudah jadi, maka tumpukan kompos siap untuk dibongkar.

Apabila kompos akan segera kita pakai, kompos harus diangin-anginkan dahulu untuk menurunkan kadar airnya sampai tinggal 15%. Kompos bisa kita hamparkan dilantai atau diatas karung alas yang lebar. Selanjutnya dibolak-balik sampai mencapai tingkat kekeringan yang kita kehendaki. Setelah selesai kompos siap dikemas atau bisa langsung digunakan sebagai media tanaman.
Demikian artikel cara membuat kompos, semoga bisa membantu anda yang akan memanfaatkan kompos. Selamat memanfaatkan sampah yang ada disekitar kita untuk dibuat kompos dan jadikan bumi kita hijau.
Sumber artikel dari : www.anekamesin.com


Labels

Labels

Labels

Copyright © Blog'e Aji Bintara. All rights reserved. Template by CB Blogger