Iklan

Thursday, 16 June 2016

Jaman Wis Akhir

Jaman Wis Akhir

05:36
Oleh: Cak Nun (Kyai Kanjeng)
 
Kalau memang yang bisa engkau pahami hanyalah kemauan, kepentingan, dan nafsumu sendiri, dan bukannya kerendahan hati untuk merundingkan titik temu kebersamaan, maka siapkan kekebalan dari benturan-benturan dan luka, untuk kemudian orang lain menggali tanah untuk menguburmu.

Kalau memang engkau bermaksud menyulap sejarah dan mengubah zaman dalam sekedipan mata, dan bukannya bersabar menggembalakan irama dan proses, maka nantikan darah akan muncrat membasahi tanah airmu, kemudian engkau sendiri akan terjerembab, terjatuh di terjalan-terjalan ketidakberdayaan.

Kalau memang sesembahanmu kenikmatan di dalam membenci, adalah mabuk di dalam teriakan caci maki, atau keasyikan di dalam kecurangan-kecurangan, maka ambil pedangmu, angkat tinggi-tinggi, dan mulailah menabung kerelaan untuk engkau sendiri, mati.

Kalau engkau menyangka bahwa benarnya pendapatmu sendiri itulah kebenaran, maka apa boleh buat, aku mendaftarkan diri untuk melawanmu.

Kalau engkau mengira bahwa benarnya orang banyak adalah segala-galanya, di mana langit mimpi-mimpi bisa engkau raih dengan itu, maka jangan sekali-kali menghalangiku untuk mengedari langit, dan kupetik kebenaran yang sejati untuk aku taburkan ke bumi tanpa bisa engkau halangi.

Dan kalau memang bagimu kehidupan adalah perjuangan untuk berkuasa dan mengalahkan saudara-saudaramu sendiri, kalau engkau kira kehidupan adalah saling mengincar untuk menikam dari belakang, atau untuk mengganti monopoli dengan monopoli baru, menggusur hegemoni dengan hegemoni baru, serta mengusir macan untuk engkau macani sendiri, maka apakah itu usulanmu agar kita mempercepat keputusan untuk saling memusnahkan?
***
Kalau memang yang engkau pilih bukan kearifan untuk berbagi, melainkan nafsu untuk menang sendiri, maka terimalah kehancuran bagi yang kalah dan terimalah kehinaan bagi yang menang.

Kalau memang yang mengendalikan langkahmu adalah rasa senang dan tidak senang, dan bukannya pandangan yang jujur terhadap kebenaran, maka buanglah mereka yang engkau benci, dan bersiaplah engkau sendiri akan memasuki jurang.

***
Jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyang
Akale njungkir, akale njungkir negarane guncang
Jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyang
Akale njungkir, akale njungkir negarane guncang

Awan berarak, nyawa manusia berserak-serak
Badai menghantam, laut terbelah, bumi terpecah
Orang bikin luka, orang menganiaya diri sendiri
Sirna akalnya, lenyap imannya, hilang jejaknya

Jaman wis akhir, jaman wis akhir dunyane sungsang
Makmume gingsir, makmume gingsir, imame ilang
Jaman wis akhir, jaman wis akhir dunyane sungsang
Makmume gingsir, makmume gingsir, imame ilang

Orang menangis, keranda berbaris di bawah gerimis
Hamba bersimpuh, hamba bersujud, ngeri dan takut
Orang mencakar, orang menampar wajahnya sendiri
Hamba terkapar, jiwa terbakar oleh sepi

Jaman wis akhir, jaman wis akhir langite peteng
Atine kafir, atine kafir uripe meneng
Jaman wis akhir, jaman wis akhir langite peteng
Atine kafir, atine kafir uripe meneng

Duh Gusti Allah adakah sisa kasih sayang-Mu
Hamba celaka, hamba durhaka tidak terkira
Di manakah hamba sembunyi dari murka-Mu
Selain dalam tak terbatasnya cinta kasih-Mu

Jaman wis akhir, jaman wis akhir banjire bandang
Sing mburi mungkir, sing mburi mungkir sing ngarep edan
Jaman wis akhir, jaman wis akhir banjire bandang
Sing mburi mungkir, sing mburi mungkir sing ngarep edan

***
Kalau untuk memperoleh kemenangan harus engkau curangi saudaramu sendiri, kalau untuk memperoleh kejayaan harus engkau jegal kaki saudaramu sendiri, kalau untuk memperoleh kekuasaan harus engkau singkirkan saudaramu sendiri, kalau untuk mendapatkan pengakuan harus engkau tiadakan saudaramu sendiri, kalau untuk memperoleh kemulyaan harus engkau perhinakan saudaramu sendiri, dan kalau untuk bisa menegakkan hidupmu engkau memerlukan kematian saudaramu sendiri, maka apa bedanya engkau dengan monster-monster yang engkau kutuk-kutuk itu? Dan katakanlah kepadaku apa yang bisa engkau andalkan untuk merangsang cinta dan dukunganku atasmu?

Keberanian adalah jika ada seekor rusa, domba, anak ayam yang tidak bersembunyi dari auman singa si raja rimba, kemudian bahkan tidak lari dari cengkeramannya, meskipun untuk itu ia mampus dilumat-lumat oleh taring sang singa. Namun ketika singa itu tergeletak lumpuh badannya, hilang taringnya, dan tidak terdengar aumannya, lantas datang beribu-ribu serigala mengerubutinya, mencabik-cabik badannya, melumurinya dengan air liur, itu sama sekali bukan keberanian, melainkan kepengecutan.

Kamu juga lihat di hutan yang lain, berpuluh-puluh tahun sang macan memerintah dan menguasai hutan, jutaan binatang penghuni rimba selalu berlari menjauh ke semak-semak kebisuan, beribu-ribu hewan lainnya berkerumun di sekitar sang raja, macan itu, mematuhi perintahnya. Tatkala sang macan jatuh dari kekuasaannya, jutaan penghuni hutan lega hatinya, sementara ribuan penjilat-penjilat beralih mengutuk sang macan, menampilkan diri sebagai pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa, yang senantiasa menyebut-nyebut kepedulian dan pembelaan atas seluruh penghuni hutan. Itu juga bukan patriotisme, melainkan kehinaan.

Saturday, 11 June 2016

Ini adalah Test untuk mengetahui apakah Kita sudah terjerat Hutang

04:48
Tawaran kredit sekarang ini boleh dibilang datang bertubi-tubi. Tidak hanya ditawarkan langsung oleh bank, tawaran yang datang dari SMS juga tidak kalah gencar. Tergiur? Boleh saja. Masalahnya, apa benar kita butuh dana segar seperti ini?
Perencana keuangan, Aidil Akbar, dalam blognya mengungkap jurus untuk menghadapi tawaran kredit macam ini. Dia pun mengutip pernyataan Dan Benson, seorang perencana keuangan dari Amerika Serikat dalam bukunya yang berjudul “12 Stupid Mistake People Make With Their Money” yang memberikan panduan,  apakah kita sudah cukup atau berlebih atau bahkan kurang dalam memiliki kartu kredit atau dengan kata lain terperangkap utang.
Di dalam bukunya terdapat tes yang bisa kita lakukan untuk menjawab tujuh buah pertanyaan yang dapat mengetahui apakah kita sudah terperangkap utang. Coba cek pertanyaan berikut:

Apakah kita mengalami defisit alur kas setiap bulannya?Defisit alur kas menunjukkan bahwa pengeluaran kita jauh lebih besar dibandingkan penghasilan kita yang artinya kita sebenarnya secara financial belum sanggup untuk membeli aset baru.

Apakah utang (konsumtif) melebihi dari lima persen penghasilan per bulannya?Kelebihan utang konsumtif menunjukkan bahwa kita kurang berhati-hati dalam membelanjakan dana kita sehingga barang-barang yang kita beli sebenarnya belum perlu atau tidak perlu sama sekali.

Apakah selalu membayar tagihan kartu kredit dengan jumlah pembayaran minimal ?
Hal ini menunjukakn bahwa kita mulai memiliki masalah dalam mengelola utang sehingga karena arus kas kita yang defisit mengharuskan kita membayar utang kartu kredit dengan pembayaran minimal.

Apakah selalu membayar dengan kredit setiap pembelian barang-barang konsumtif atau yang nilainya menurun?
Bila ya, in mengungkapkan, sebenarnya kita belum mampu membeli barang tersebut. Kita memilih untuk memaksakan diri untuk memilikinya.

Apakah pernah menerima denda atau mendapat surat teguran perihal tagihan kredit?
Sama halnya dengan pertanyaan nomor 4, kita sedang mengalami masalah besar dalam mengelola utang.

Apakah Anda kesulitan menyisihkan sedikitnya 10 persen dari penghasilan kotor untuk tabungan dan investasi jangka panjang?
Bagaimana mungkin kita menyisihkan 10 persen dari dana untuk investasi jangka panjang apabila untuk menutupi kebutuhan bulanan saja kita masih defisit.

Apakah kita selalu resah dengan situasi keuangan?
Masalah keuangan selalui menghantui kita dan dapat mengakibatkan stres yang mendalam.

Menurut Akbar, jika seluruh jawaban itu adalah 'Ya', boleh dibilang kita sudah masuk dalam jeratan utang. ''Kita kemungkinan telah terjebak dalam sindrom “beli sekarang, bayar selamanya”,'' papar Akbar.
Selanjutnya, Akbar mengingatkan, kredit bukanlah suatu hal yang menakutkan dan harus dihindari apabila kredit tersebut adalah kredit produktif.  Akan tetapi, kredit harus benar-benar dikelola atau direncanakan secara hati-hati agar tidak terjebak dalam belitan utang yang berkepanjangan.


Sumber : aidilakbar.com

Labels

Labels

Labels

Copyright © Blog'e Aji Bintara. All rights reserved. Template by CB Blogger