Fajar Toserba bukanlah toserba nomor satu di Indonesia. Namun, Anda mengelolanya dengan konsep ibadah. Bisa dijelaskan konsep ibadah yang Anda terapkan untuk menjalankan bisnis toserba ini?
Yang pasti, terdapat perbedaan mencolok antara Fajar Toserba dan toserba lain. Kami mengawali usaha ini sejak 1997 di Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Saat ini, sudah 13 outlet toserba dan toko besi yang kami miliki. Dalam memilih lokasi bisnis, kami sengaja memilih tempat yang kosong. Maksud dari kosong itu adalah daerah yang memang jauh dari rumah penduduk dan keramaian. Memang, dari kacamata bisnis, lokasi yang jauh dari rumah penduduk merupakan tempat yang tidak strategis. Konsep yang kami gunakan adalah blue ocean. Kehadiran kami akan membuat tempat yang kosong menjadi ramai.
Sebelum membangun toserba, kami terlebih dulu membangun masjid di lokasi kosong tersebut. Masjid dijadikan daya tarik masyarakat untuk mendatanginya. Untuk itu, pilihan lokasinya harus benar-benar di daerah yang tidak dilengkapi masjid. Setelah masjid itu ramai dikunjungi umat, baru kami sediakan toserba di dekat masjid tersebut. Masyarakat yang mendirikan shalat di masjid itu tentunya akan menjadi konsumen toserba kami.
Selain mampu menggerakkan roda perekonomian, kehadiran Fajar Toserba bisa memberi kontribusi dalam peningkatan kualitas ibadah umat.
Biasanya, pengusaha memproyeksikan break event point dari usaha barunya. Akan berat bagi Fajar Toserba untuk melampaui BEP dalam waktu cepat bila harus membangun masjid terlebih dahulu. Bagaimana penjelasan Anda?
Bila menggunakan teori ekonomi dan matematika, langkah kami membangun masjid merupakan kesalahan besar. Dengan cara demikian, bisnis yang kami jalankan membutuhkan modal tinggi. Namun, teori bisnis kami tidak hanya menggunakan konsep ekonomi dan matematika. Kami lebih percaya pada teori keimanan dan ketakwaan dalam menjalankan bisnis. Yang kami yakini, ada korelasi kuat antara rezeki dan ketakwaan. Allah SWT tidak mungkin menutup pintu rezeki bagi kaumnya yang terus meningkatkan ketakwaan.
Terlebih lagi bagi umatnya yang memiliki jiwa kewirausahaan. Dari 20 pintu rezeki yang disediakan Allah SWT, 19 di antaranya diberikan kepada pengusaha. Sementara itu, yang satu persen diberikan kepada pekerja. Teori Islam itu ternyata berbeda dengan fakta yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia, hanya 0,018 persen warganya yang menjadi pengusaha. Di Singapura, jumlah warganya yang menjadi pengusaha sudah mencapai tujuh persen. Kami berharap, minimal 2,5 persen dari jumlah penduduk di Indonesia menjadi pengusaha.
Apa solusi Anda dalam menumbuhkembangkan pengusaha di Indonesia, khususnya di Jawa Barat?
Upaya itu yang saat ini sedang kami jalankan. Dalam menumbuhkan kewirausahaan, kami harus menggunakan sistem ringi seperti halnya Jepang. Kepada para pekerjanya, kami menanamkan jiwa wirausaha dan ilmu dagang. Saat ini, kami memiliki 350 pekerja yang tersebar di 13 outlet usaha kami di Kabupaten Kuningan, Cirebon, dan Majalengka.
Saat menerima calon pekerja, kami sampaikan kepada mereka agar tidak terlalu lama bekerja di PD Fajar Toserba. PD Fajar Toserba cukup dijadikan tempat berlatih menjadi pengusaha. Setelah menguasai ilmu dagang sesuai syariat Islam, kami sengaja melepas mereka untuk berdagang di daerahnya masing-masing. Tidak melepas hubungan kerja begitu saja, kami pun memberi pinjaman modal kepada mereka.
Setiap pekerja tidak akan lama-lama ditempatkan pada satu divisi. Bila dinilai sudah menguasai pekerjaannya, langsung dinaikkan jabatannya. Tujuannya agar dia memahami teknis dagang hingga manajemen. Saat ini, sudah banyak pekerja kami yang menjadi pengusaha sukses di kampung halamannya masing-masing.
Tips bisnis seperti apa yang Anda tularkan kepada para pekerja Anda?
Sedikitnya, ada tujuh hal yang harus diperhatikan oleh pengusaha toserba, yaitu kelengkapan barang, penentuan harga barang, display toko yang menarik, servis, human service, kenyamanan di dalam toko, serta kebersihan.
Sebuah toserba yang stok barangnya lengkap pasti akan memuaskan pembeli. Konsumen mudah jera mendatangi sebuah toserba yang kurang lengkap. Sebab, saat menuju toserba, konsumen memiliki harapan besar bisa membawa pulang barang yang akan dibeli. Begitu pun dengan harga barang, tidak boleh melebihi toko lain. Perbedaan harga itu mudah melekat pada benak konsumen. Wajah toko juga harus ramah dipandang oleh konsumen. Terkait servis, harus sangat memudahkan konsumen. Pelayanan toserba harus diupayakan seramah mungkin.
Suasana dan udara di dalam toserba pun harus diusahakan senyaman mungkin. Jangan membiarkan ada sampah di dalam toserba. Toserba harus dalam kondisi bersih. Sebab, bakteri hingga tikus mudah berkeliaran di tempat yang kotor. Itu merupakan tips dagang secara duniawi. Sementara itu, tips dagang berdasarkan Islam adalah tidak boleh berbohong, tidak boleh ingkar janji, jangan menjelek-jelekkan produk milik pesaing, tidak memuji-muji barang yang dijual, serta tidak bersumpah dengan tujuan barangnya dibeli. Jujur, saya mendapatkan tips dagang syariah itu dari KH Abdullah Gymnastiar.
Pengusaha kerap menjadi sasaran para mustahik atau duafa. Bagaimana Anda menghadapi mereka?
Jangan membatasi atau melarang kaum dhuafa. Kedatangan kaum duafa kepada kami merupakan petunjuk Allah SWT. Oleh karena itu, kedatangan kaum duafa itu harus disambut dengan baik. PD Fajar Toserba selalu mengalokasikan dana sosial. Bahkan, dana sosial perusahaan kami tak terbatas. Kami tidak ingin diatur oleh ketentuan persentase dana sosial.
Dana sosial yang disisihkan perusahaan merupakan bagian dari ibadah. Karena motivasinya ibadah, kepedulian sosial itu tidak bisa diatur oleh undang-undang. Faktanya, lebih dari lima persen keuntungan kami untuk dana sosial.
Alquran tidak membatasi umatnya untuk beramal. Dana sosial yang disiapkan akan disalur kan langsung kepada masyarakat. Dana sosial itu tentunya di luar zakat yang biasa dibayarkan setiap bulan. Dana sosial itu diprioritaskan untuk warga di sekitar perusahaan kami.
Apa pun kesulitan warga di sekitar lokasi usaha kami, wajib dibantu. Mulai dari yang butuh pinjaman mobil hingga pinjaman modal, akan kami bantu. Dengan cara menabur sedekah, bisnis perusahaan kami bisa berkembang.
Memang, ada kesamaan antara ketentuan dana CSR (Corporate Social Responsibility) dan konsep hubungan kemanusiaan dalam Islam. Paling tidak, masyarakat di sekitar perusahaan harus dibantu. Idealnya, dana CSR yang disiapkan oleh BUMN dan BUMD disalurkan secara proporsional. Artinya, masyarakat miskin yang terpencil pun harus mendapatkan bagian dana itu.
Bentuk penyalurannya tergantung selera masing-masing perusahaan. Akan lebih baik bila penyaluran dana CSR itu mampu mendorong kegiatan perekonomian umat. Masyarakat didorong untuk berjiwa wirausaha. Wirausaha merupakan solusi memberantas kemiskinan.
Sudahkah Anda puas dengan usaha yang dijalankan selama ini?
Omzet kami setiap tahunnya tidak kurang dari Rp 88 miliar. Namun, pencapaian itu bukanlah satu-satunya tujuan. Seperti saya katakan pada awal, tujuan kami sebenarnya adalah ingin menyejahterakan umat. Kondisi perekonomian umat harus segera dibenahi. Umat Islam harus bisa menguasai roda perekonomian bangsa ini. Bangsa ini tidak boleh dijajah bangsa lain.
Ke depan, apa strategi bisnis syariah Anda?
Kami akan terus fokus di bisnis toserba dan toko material. Memang, saat ini sulit mencari tempat kosong yang mudah dijangkau oleh warga. Kalaupun tidak menemukan lokasi kosong, kami terpaksa akan mendirikan bangunan toserba di tempat ramai penduduk, terutama yang fasilitas masjidnya kurang. Rencana bisnis kami tetap akan mengedepankan pembangunan masjid terlebih dulu.
Saat ini, kami berencana mengembangkan bisnis di Majalengka, tepatnya di daerah Talaga. Di sana, kami telah membebaskan lahan seluas satu hektare. Rencananya, lahan itu akan dibangun masjid dan toserba. Kami pun akan lengkapi dengan fasilitas ibadah lainnya.
Setiap outlet Fajar Toserba, pasti tanahnya merupakan milik pribadi. Berhubung bisnis kami diproyeksikan untuk jangka panjang, terlebih dahulu kami harus memiliki aset tanahnya. Untuk itu, belanja modal kami biasanya besar.
Selain mengevaluasi dan mengembangkan bisnis Fajar Toserba, kami pun bertanggung jawab atas kegiatan bisnis mantan para pekerja. Kami biasa memantau kemajuan bisnis mereka. Bagi yang menghadapi kendala, kami coba bantu. Bagi yang telah sukses, kami terus ingatkan agar tidak hanya terpaku pada kepentingan duniawi. Alhamdulillah, kebanyakan dari mereka telah sukses. Setiap pekan, kami rutin menyelenggarakan pengajian di kalangan pekerja dan mantan pekerja Fajar Toserba.
Kabarnya, Anda juga mengembangkan BMT?
Benar. Kami baru memulainya, masih embriolah. Namanya BMT (Baitul Maal Wattamwil) El Fajar. Modal awal yang kami kucurkan sebesar Rp 100 juta. Alhamdulillah, sudah mulai berkembang dengan baik. Sudah cukup banyak pengusaha kecil, mulai dari penjahit, peternak ikan lele, dan pedagang kelontong, yang menjadi nasabahnya. Tak cuma itu, nasabah yang mau menikah, ada sanak keluarganya yang sakit, atau mau sunatan pun kita berikan bantuan.
Ada kendala dalam pengembangan usaha di BMT?
Nah, itu dia. Kendala yang kami rasakan adalah menyangkut perizinan. Kami belum punya izin. Padahal, kami sudah meminta dan membuat permohonan sejak 1,5 tahun lalu ke dinas terkait di Bandung. Namun, sampai sekarang, izin belum juga keluar. Saya tak tahu persis masalahnya ada di mana.
Padahal, melihat perkembangan BMT ini, banyak bank syariah yang mau membantu kami, tetapi tidak bisa. Intinya, kami membutuhkan izin yang legal. Memang, ada juga beberapa BMT di Bandung yang konon izinnya juga belum keluar, padahal sudah beroperasi cukup lama.
Jika izin didapat, Anda yakin bisa lebih berkembang?
Tentu saja, saya optimistis. Jika izin sudah diberikan, kami bisa lebih leluasa mengembangkan usaha-usaha kecil yang memang sangat membutuhkan bimbingan serta modal yang memadai. ed: yeyen rostiyani/wachidah
Sangat menarik sekali bukan, konsep bisnis yang diusung oleh Bung Yogi Tyandaru pemilik jaringan pasar swalayan Fajar Toserba. Menurut hemat saya, konsep bisnis ini ada baiknya ditiru oleh calon atau pelaku UMKM. beberapa konsep menarik tsb adalah :
- Pemilihan lokasi, menggunakan konsep blue ocean, mencari lokasi yang lapang, yang pertama dilakukan dgn membangun mesjid, memakmurkan mesjid, kemudian baru mendirikan toserba.
- Teori bisnis tidak hanya menggunakan konsep ekonomi dan matematika, tetapi lebih percaya pada teori keimanan dan ketakwaan dalam menjalankan bisnis, diyakini ada korelasi kuat antara rezeki dan ketakwaan.
- Menggunakan sistem ringi seperti halnya Jepang. Kepada para pekerjanya, kami menanamkan jiwa wirausaha dan ilmu dagang. Toserba cukup dijadikan tempat berlatih menjadi pengusaha. Setelah menguasai ilmu dagang sesuai syariat Islam, melepas mereka untuk berdagang di daerahnya masing-masing.
- Ada tujuh tip yang harus diperhatikan oleh pengusaha toserba, yaitu kelengkapan barang, penentuan harga barang, display toko yang menarik, servis, human service, kenyamanan di dalam toko, serta kebersihan.
BIODATA
Nama : Yogi Tyandaru
Lahir : Kuningan, 20 Mei 1975
Pendidikan:
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung.
Jabatan terakhir:
Pemilik jaringan Fajar Toserba
Sumber : Koran Republika
Thanks for reading Yogi Tyandaru (Fajar Toserba), Sukses Berdagang Karena Dakwah
No comments:
Post a Comment